--= Sekedar Coretan =--
"Katempo Ayana, Kadenge Sorana jeung Karasa Mangfaatna"

Kamis, 12 Juni 2008

PENGEMBANGAN DIRI

PENGEMBANGAN DIRI


A. KONSEP DIRI MANUSIA MUSLIM
Merujuk kembali pada Surat Al-Ashr ayat 1-3, bahwa Syarat manusia supaya tidak merugi segalanya adalah:
Iman ( kebenaran yang kita fahami dan kebenaran yang kita yakini)
Amal Sholih (melakukan kebenaran-kebenaran yang telah difahami tadi). Dalam konteks ini kita memiliki kesholihan pribadi.
Berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran. Dalam konteks ini kita mendistribusikan keshalihan kita secara pribadi agar orang lain menjadi shalih.
Maka model manusia muslim ideal adalah mereka yang memiliki iman tak tergoyahkan, dirinya sholih dan mampu mensholihkan orang lain.
Lalu, bagaimana agar model manusia muslim tersebut bisa masuk ke dalam ruang kepribadiannya?
Yang harus dilakukan adalah:
a. Memiliki konsep diri yang jelas (memahami diri kita sebagai wadah kepribadian).
b. Mengetahui model manusia muslim ideal (memahami Islam sebagai sesuatu yang mengisi wadah itu)
c. Melakukan pengadaptasian (proses mengisi sesuatu itu ke dalam wadahnya)

Apapun yang akan kita lakukan dalam rangka menjadikan diri sebagai model manusia muslim, tetap tidak akan terlepas dari keterbatasan-keterbatasan, sebagaima QS.At-Taghogun:16,”Bertakwalah kepada Allooh menurut ukuran kemampuanmu”.
Meskipun bertakwa sesuai kemampuan, namun apapun yang diwajibkan Allooh untuk dilaksanakan, sebenarnya perintah itu sudah disesuaikan dengan kadar kemampuan manusia.
Mengapa kita perlu mengenal konsep diri? Lihat kembali ayat di atas, terbukti di sana bahwa potensi manusia itu terbatas, dan kita harus berislam dalam keterbatasan itu. Konsep diri akan membantu kita dalam menempatkan diri dalam kehidupan sosial. Kesalahan orang dalam bergaul adalah karena ketidakmampuan dalam memposisikan dirinya dalam kehidupan sosial.
Tingkatan Konsep Diri
Aku Diri : Aku seperti yang aku fahami.
Aku Sosial : Aku seperti yang difahami oleh orang lain yang ada di sekitar aku
Aku Ideal : Aku yang aku inginkan
Orang yang begitu kuat keyakinan tentang aku idealnya, namun aku idealnya yang tidak memiliki hubungan yang kuat dengan aku diri disebut sebagai pemimpi.
Orang yang kuat aku dirinya, dan tidak punya aku idealnya, maka ia akan jadi orang yang biasa-biasa saja.
Standardisasi
Standar yang dimaksud adalah nilai Islam. Ini harus dijadikan standar dan yang membimbing diri kita. Yang paling ideal adalah saat pengadaptasian antara diri kita dengan nilai itu semakin klop.
Aku diri : pemahaman diri yang efeknya memberikan ketenangan karena kita memahami diri kita.
Aku Sosial : memberikan rasa penerimaan, apakah kita diterima dalam kehidupan sosial atau tidak.
Aku Ideal : bagaimana kita menjadi benar.
Terkadang ketika kita melakukan sebuah nilai Islam, kita tidak diterima secara sosial. Misalnya saat mulai berjilbab, orang-orang sekitar menganggap hal itu sebagai sebuah keterbelakangan, namun setelah banyak wanita berjilbab berprestasi tinggi, maka anggapan itu hilang. Oleh karen itu selalu ada tarik menarik antara aku diri dengan aku sosial. Jika kita terlalu kuat pada aku sosial, kita dapat menjadi penjilat dan tertalu toleran dengan kebathilan. Bila terlalu kuat dengan aku diri, kita akan sulit bekerja sama dan kurang diterima di masyarakat. Yang membuat keduanya seimbang adalah aku ideal.
Contoh hal di atas adalah bagaimana seorang yang mengetahui aku diri dan aku sosialnya kemudian mampu mengarahkannya pada aku idealnya. Ummu Sulaim dilamar bangsawan Quraisy. Diantara keduanya ada hijab/penghalang, lalu yang diungkapkan Ummu Sulaim sangat berimbang “Orang seperti kamu tidak layak untuk ditolak......hanya saja antara saya dengan kamu ada hijab, saya sebagai muslimah tidak dapat menikah denganmu, walaupun engkau sulit untuk ditolak, dan itu menggoda pikiranku....” Lalu bangsawan itu bertanya,”Jika saya seorang muslim, apakah aku dapat menikah denganmu?” Ummu Sulaim menjawab,”InsyaAllooh”.
Dari dialog di atas terlihat kejelian Ummu Sulaim memilah-milah permasalah. Ini masalah konsep diri. Terkadang kita cenderung membuat generalisasi/menyamaratakan. Dilamar oleh seorang kafir,”Kamu kafir, tidak boleh!”, namun ketika dilamar oleh orang sholeh tapi jelek,”Gimana yah....?”
Dalam praktek BMT barangkali bisa dicontohkah, saat kita ditawari sebuah program pembiayaan oleh Pemerintah misalnya, “Ini dana murah satu milyar, bunganya cuma 1 % per tahun?”....Bagaimana jawaban anda saat itu secara spontan........jawaban spontan anda akan menunjukkan bagaimana pemahaman anda akan standar nilai tersebut.
Dengan memahami konsep diri, kita akan mengetahui secara terfokus apa yang dapat kita sumbangkan, akan mengetahui sejauh mana kita mempunyai arah atau tidak.





B. MERENCANAKAN PENGEMBANGAN DIRI
Perintah pengembangan diri bisa disimak pada QS. Al-Hasyr ayat 18, “Hai orang-orang yang beriman bartaqwalah kepada Allooh dan hendaklah tiap diri memperhatikan apa yang akan dikerjakannya untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allooh, sesungguhnya Allooh mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dengan merencakan diri berarti kita merencanakan bangunan rumah akhirat yang akan kita tinggali nanti. Setiap usia yang kita lewati, seluruhnya adalah batu bata yang dipakai untuk menyusun bangunan di akhirat nanti. Karena pada akhir ayat di atas, dikatakan Allooh mengetahui apa yang kita kerjakan, jadi jangan sampai kita cuek, sebab Allooh mengetahui semua perbuatan yang kita lakukan. Kita semua berbuat dalam lingkar pengetahuan Allooh SWT.
Manfaat melakukan perencanaan pengembangan diri:
Ø Memiliki standar evaluasi perjalanan hidup
Ø Memiliki fokus dan keterarahan
Ø Dapat menerapkan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas dan optimalisasi
Ø Senantiasa mengantisipasi kematian
Ø Mendapatkan pahala niat
Untuk melakukan perencanaan, kita perlu latihan bermimpi dan membuat Visi dan misi dalam hidup ini.
Visi kita tentang diri pribadi itulah yang dimaksud dengan konsep diri.
Kita harus menyusun Visi. Apa visi saya sebenarnya dalam hidup ini? Ingin jadi apa saya? Apa yang saya inginkan dalam hidup ini? 10 tahun ke depan saya ingin menjadi seperti apa? Kesadaran tentang visi itu harus ada. Untuk memutuskan visi masih diperlukan perenungan ditambah mekanisme imajinasi.
Hal itu tidaklah sulit. Yang sulit adalah membuat hubungan antara visi dan kemampuan, antara keinginan-keinginan dan kemampuan mencapainya.
Cara merumuskan visi pribadi yang paling baik adalah dengan membayangkan jika anda sebagai seorang Ahmad yang akan bertemu dengan Allooh di akhirat nanti. Gambaran atau kondisi Ahmad ketika menerima buku hisabnya. Seperti apakah Ahmad yang anda inginkan?
Dan yang paling baik adalah visi itu terkait dengan bagaimana kelak kita akan bertemu dengan Allooh SWT.
Kesulitan yang sering dihadapi seseorang dalam merumuskan visinya adalah:
Ø Kejelasan visi itu sendiri
Ø Sejauh mana seseorang itu meyakini bahwa itu adalah visinya yang terakhir yang tidak akan berubah lagi.

TUGAS...........Coba rumuskan Visi pribadi anda dalam waktu 5 menit!

Bacalah kembali visi yang telah anda rumuskan tersebut, dan jawablah pertanyaan berikut:
Apakah yang anda tulis itu sesuatu yang benar-benar anda yakini?
Apakah visi yang anda tulis itu adalah visi yang andaperoleh selama 5 menit merenung atau visi yang selama ini ada tapi tidak anda tulis?
Sejauh mana visi itu mempengaruhi tingkah laku anda? Apakah ada hubungannya? Apakah anda merasa anda berjalan ke sana? Apa tandanya?
Bagaimana anda membuktikan bahwa perilaku anda sehari-sehari memiliki hubungan dengan proses pencapaian visi anda?
Apakah anda mimiliki visi 10 tahun ke depan? Kadang-kadang sejumlah orang merasa bahwa itu adalah visinya, padahal bukan. Visi adalah komitmen/janji/keyakinan. Dimana seluruh citra diri anda dibentuk oleh visi itu.
Visi harus memiliki kejelasan, misal “Ingin menjadi orang yang berguna bagi masyarakat”....berguna dalam hal apa?.....itu harus dirumuskan! Karena tidak terumuskan maka anda tidak memiliki program untuk mencapai rumusan itu. Mungkin anda baru menginginkannya tetapi belum sungguh-sungguh memutuskan untuk ke sana.
Seperti anda yang perokok, ingin berhenti merokok, tapi karena tidak sungguh-sungguh ingin berhenti, jadinya.....masih merokok juga!
Sekarang, Visi itu baru sebatas impian yang ingin anda capai. Bagaimana langkah-langkah yang harus anda tempuh untuk mewujudkan impian tersebut?

TUGAS......sebutkah minimal 3 langkah/cara untuk mencapai ke arah visi/impian anda tersebut?

Setelah anda susun langkah-langkah itu? Evaluasi kembali apakah langkah itu memang berhubungan dengan visi anda?
Lalu renungkanlah, apakah kegiatan atau perilaku anda sekarang ini memiliki hubungan dengan langkah-langkah tersebut?

Men-SWOT- Diri (Analisa Kelebihan dan Kekurangan Diri)
Untuk mampu mencapai visi anda, anda harus mengenali lebih dalam tentang kelebihan-kelebihan yang anda miliki, plus kekurangan-kekurangannya. Manfaat analisa ini adalah agar kelebihan yang anda miliki menjadi sebuah potensi yang bisa digerakkan untuk mewujudkan impian anda, dan kekurangan yang harus segera diperbaiki agar tidak menghambat pencapaian visi anda.









TUGAS.....Buatlah daftar Analisa diri dengan format berikut:

KELEBIHAN/POTENSI
KEKURANGAN/HAMBATAN
1.

2.

3.

4.

1.

2.

3.

4.

Bila anda mengalami banyak kesulitan dalam menyusun analisa diri ini, berarti selama ini anda belum mengenali dengan baik diri anda sendiri.
Coba lihat kembali daftar analisa diri tadi, apakah kelebihan yang anda susun tadi bisa digerakkan untuk mencapai visi yang sudah anda rumuskan sebelumnya? Strategi apa yang harus anda lakukan agar kelebihan itu mampu digerakkan untuk mewujudkan visi anda?

TULIS STRATEGI ANDA!

Strategi untuk Kelebihan Diri-1 adalah:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

Strategi untuk Kelebihan Diri-2 adalah:
..............................................................................................................................................................................................................................................................

Strategi untuk Kelebihan Diri-3 adalah:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

Strategi untuk Kelebihan Diri-4 adalah:
..............................................................................................................................................................................................................................................................





Tulis pula strategi anda untuk mengatasi kekurangan anda!

Strategi untuk Kekurangan Diri-1 adalah:
..............................................................................................................................................................................................................................................................

Strategi untuk Kekurangan Diri-2 adalah:
..............................................................................................................................................................................................................................................................

Strategi untuk Kekurangan Diri-3 adalah:
..............................................................................................................................................................................................................................................................

Strategi untuk Kekurangan Diri-4 adalah:
..............................................................................................................................................................................................................................................................

Bila anda sudah melakukan hal di atas, berarti anda telah memiliki cara berpikir yang terstruktur. Di sini akan tergabung antara mimpi dan pikiran. Antara imajinasi dan perencanaan. Jadi tidak mengawang-awang.

0 komentar: