Ditulis oleh nurulfathur di/pada Februari 22, 2008
Di negeri ini mahasiswa seolah telah menjadi sebuah kekuatan tersendiri. Perjalanan politik di negeri ini pun tidak bisa dilepaskan dari peran mahasiswa. Tentu kita masih ingat demonstrasi mahasiswa pada tahun 1998 yang akhirnya menggulingkan rezim Soeharto yang telah berkuasa selama lebih dari 32 tahun. Di luar itu, kalau kita melihat film Gie garapan sutradara muda Riri Riza itu pun mengangkat kisah mahasiswa yang aktivitasnya tidak jauh-jauh dari kehidupan politik negeri ini. Mulai dari mereka yang aktif di organisasi intra maupun ekstra kampus, yang berujung pada sebuah kekuatan dan mampu menggulingkan sebuah rezim.
Dari tahun ke tahun kehidupan politik di negeri ini juga terus berkembang dan regenerasi juga terus bergulir seiring perjalanan waktu. Entahlah disebut membaik atau malah memburuk kondisi politik negeri ini masing-masing orang pasti punya jawaban dan terserah mereka menafsirkan.
Dari sisi regenerasi misalnya, kita tidak mungkin menutup mata bahwa para politikus khususnya dilevel nasional itu sebagian BUESAR (hamper semua) dulunya adalah mahasiswa (emang ada ya yang dulunya nggak jadi mahasiswa? Tapi kayaknya ada dech, saya gak tahu pastinya), entah mereka dulu menjadi aktivis maupun tidak. Sampai-sampai dulu waktu saya masih SMK, saya pernah membaca sebuah tulisan yang kurang lebih berbunyi “mahsiswa-mahasiswa yang dulu sering demo itu kini telah jadi pejabat dan sekarang mereka juga telah didemo oleh para mahasiswa”. Diakui atau tidak setidaknya itu yang terjadi sekarang, merka yang sekarang berpolitik di parlemen atau yang sudah pensiun kan dulunya banyak yang jadi aktivis dan berdemo. Dan bahkan sangat mungkin tulisan diatas terus berulang.
Hal tersebut semakin mempertegas posisi mahasiswa di negeri ini. Karena kelak merekalah yang akan memimpin dan menentukan perjalanan negeri ini selanjutnya. Tapi kemudian prasangka buruk saya berkata “Apakah mahasiswa menjadikan dirinya aktivis yang ikut berdemo dan menghujat wakil rakyat untuk kemudian menjadi politikus dan duduk di Parlemen yang notabene bergaji besar dan bisa hidup layak ditengah kesusahan rakyat?” kalau memang itu yang terjadi tentu sungguh sangat ironis,”Jadi perjuangan mereka tidak ikhlas dong, dan tega sekali mereka membohongi rakyat. Padahal meka berjuang atas nama rakyat tapi ketika sudah jadi pejabat kok lupa sama rakyat.” Tapi prasangka baik saya tiba-tiba bilang “ Ah, itu hanya sebagian saja kok, masih banyak yang benar2 ikhlas berjuang untuk rakyat”
Semoga saja mahasiswa benar-benar berjuang untuk rakyat. Dan ketika mereka nanti menjadi wakil rakyat mereka tidak kehilangan idealismenya dan tidak pernah lupa bahwa mereka dulu ketika bejuang (demo atau apapun bentuknya) mengatasnamakan rakyat. Jangan sampai para pendemo itu mendapat “karma”, sehingga nantinya setelah dapat kedudukan mereka didemo dan dihujat seprti yang pernah mereka lakukan dulu.
Kalau sampai itu yang terjadi, lalu apa gunanya mahasiswa sebagai agent of change, social control, moral force dan iron stock.
Maaf meskipun saya seorang mahasiswa saya belum berani berteriak HIDUP MAHASISWA….!
0 komentar:
Posting Komentar